Seringkali orangtua
lupa bahwa anak tidak hanya membutuhkan tercukupinya kebutuhan secara materiil
namun juga kebutuhan secara rohani terlupakan. Tidak hanya cukup seorang anak
mendapatkan pendidikan yang baik, namun juga seorng anak juga membutuhkan ruang
untuk berekspresi, kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, menyatakan apa
yang diinginkan, membutuhkan kehadiran orangtua selama proses belajar mengajar,
khususnya saat berada di luar lingkungan sekolah atau di lingkungan rumah.
Tidak jarang
kita temui saat seorang anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya,
justru dimarahi saat sang ank tidak bisa mengerjakannya dan bukan mendapat
dukungan secara mental dan bahkan yang lebih parah adalah membandingkan sang
anak dengan orang lain, baik itu dengan kakaknya, adiknya maupun orang lainnya.
Hal demikian justru akan menjatuhkan mental anak baik langsung mauun tidak
langsung, sebab di usia dini, mereka akan selalu merekam apa yang diucapkan
orang lain termasuk yang diucapkan oleh orangtuanya.
Ketika seorang
anak oleh orangtuanya dikatakan bodoh
maka perkataan tersebut akan terekam dalam pikiran anak tersebut dan
menyebabkan dirinya merasa dirinya benar-benar bodoh, padahal orangtua harus sadar bahwa setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda, ada anak yang pintar ketika mengerjakan soal-soal
matematika tetapi juga banyak anak yang justru pintar di bidang seni, pandai
menggambar, melukis, menulis puisi dan lain sebaigainya. Oleh sebab itu setiap
orangtua harus memahami nilai plus dari masing-masing anak-anaknya.karena
meskipun anak-anak tersebut adalah kakak beradik, sudah pasti juga akan berbeda
kemampuannya.
Seringkali orangtua
memperlakukan anak-anaknya dengan perlakuan yang sama ketika anak-anaknya
belajar karena menganggap bahwa apa yang dipelajari anaknya adalah sesuatu
pelajaran mendasar yang pasti bisa dikerjakan oleh setiap anak. Padahal kenyataannya,
sering terjadi bahwa ada seorang anak yang mendapat nilai yang bagus di mata
pelajaran matematika namun justru mendapat nilai kurang di mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial (IPS) di jenjang pendidikan dasar atau sebaliknya.
Banyak orangtua
khawatir bahwa ketika anak-anaknya tidak bisa mendapat nilai yang bagus di
setiap mata pelajaran akan membuat anak tersebut tidak bisa bersaing ketika
akan bersekolah di tingkat yang lebih tinggi atau ketika nantinya sang anak
akan melamar pekerjaan. Kekhawatiran tersebut adalah wajar namun orangtua juga
harus menyadari bahwa banyak hal yang bisa membuat seorang anak sukses, tidak
hanya mengenai pintar tidaknya seorang anak akan semua mata pelajaran yang
dipelajari di sekolah dari tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah atas,
namun juga bimbingan dan tuntanan dari orangtua bagi anak-anaknya dan juga
pergaulan yang baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sosial lainnya.
Kemampuan anak
untuk bisa beradaptasi justru akan menjadi nilai tambah bagi anak untuk bisa
sukses di kemudian hari. Tanpa adanya kemampuan beradaptasi bagi anak, tentu
akan menjadi seorang anak hanya menjadi anak
mami, yang hanya berani bermain dan bersosialisasi di lingkungan rumah atau
keluarga namun takut bersosialisasi di area publik. Apalagi saat ini hampir
setiap orangtua dengan mudahnya memberikan gadget kepada anak-anaknya tanpa
menyadari efek samping dari gadget tersebut, yaitu sinar dari
layar gadget dapat merusak mata jika dilihat secara terus menerus
dalam jangka waktu yang lama, belum lagi banyak situ-situs yang berbahaya bagi
anak dan efek samping lainnya.
Berkurangnya ruang
publik seperti lapangan maupun taman khususnya di kota-kota besar jelas
berpengaruh besar berkurangnya sosialisasi anak di ruang publik. Saat ini
sangat jarang ditemui di kota-kota besar sekumpulan anak bermain sepak bola di
tanah lapang atau bermain gobak sodor atau
dengan istilah lainnya di tempat lain serta permainan lainnya yang sifatnya
dilakukan massal.
Namun yang
lebih penting adalah peran orangtua dalam menjaga dan merawat anak-anaknya
serta memberikan pendidikan yang cukup tanpa mengurangi esensi dari pentingnya
memberikan pemahaman tentang pentingnya bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini
sangat penting dilakukan karena anak adalah masa depan kita, masa depan bangsa
dan negara kita.
Bisa kita
bayangkan ketika kita mendidik anak tanpa pernah kita membiarkan anak-anak
bersosialisasi dengan teman-teman sepermainannya, tentu akan menjadikan anak
tersebut menjadi pribadi yang tidak memiliki keberanian untuk berkumpul dengan
orang lain. Masa anak-anak adalah masa untuk bermain tetapi bermain yaang
melibatkan orang lain bukan bermain untuk dirinya sendiri tanpa peduli
keberadaan orang lain.
Semoga dengan
peringatan Hari Anak Nasional di tahun 2023 ini semakin menyadarkan kita
sebagai orangtua tentang pentingnya pendidikan anak tanpa melupakan hak anak
untuk bermain dan bersosialisasi. Keberhasilan anak tidak akan terlepas dari
peran orangtua, oleh karena itu sudah saatnya kita menjadi orangtua yang selalu
memperhatikan setiap kebutuhan anak dalam rangka proses tumbuh kembangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar