Sabtu, 22 Juli 2023

Sudahkah kita memberikan hak anak? (Bagian 2/Tamat)




 

Seringkali orangtua lupa bahwa anak tidak hanya membutuhkan tercukupinya kebutuhan secara materiil namun juga kebutuhan secara rohani terlupakan. Tidak hanya cukup seorang anak mendapatkan pendidikan yang baik, namun juga seorng anak juga membutuhkan ruang untuk berekspresi, kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, menyatakan apa yang diinginkan, membutuhkan kehadiran orangtua selama proses belajar mengajar, khususnya saat berada di luar lingkungan sekolah atau di lingkungan rumah.

 

Tidak jarang kita temui saat seorang anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya, justru dimarahi saat sang ank tidak bisa mengerjakannya dan bukan mendapat dukungan secara mental dan bahkan yang lebih parah adalah membandingkan sang anak dengan orang lain, baik itu dengan kakaknya, adiknya maupun orang lainnya. Hal demikian justru akan menjatuhkan mental anak baik langsung mauun tidak langsung, sebab di usia dini, mereka akan selalu merekam apa yang diucapkan orang lain termasuk yang diucapkan oleh orangtuanya.

 

Ketika seorang anak oleh orangtuanya dikatakan bodoh maka perkataan tersebut akan terekam dalam pikiran anak tersebut dan menyebabkan dirinya merasa dirinya benar-benar bodoh, padahal orangtua harus sadar bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, ada anak yang pintar ketika mengerjakan soal-soal matematika tetapi juga banyak anak yang justru pintar di bidang seni, pandai menggambar, melukis, menulis puisi dan lain sebaigainya. Oleh sebab itu setiap orangtua harus memahami nilai plus dari masing-masing anak-anaknya.karena meskipun anak-anak tersebut adalah kakak beradik, sudah pasti juga akan berbeda kemampuannya.

 

Seringkali orangtua memperlakukan anak-anaknya dengan perlakuan yang sama ketika anak-anaknya belajar karena menganggap bahwa apa yang dipelajari anaknya adalah sesuatu pelajaran mendasar yang pasti bisa dikerjakan oleh setiap anak. Padahal kenyataannya, sering terjadi bahwa ada seorang anak yang mendapat nilai yang bagus di mata pelajaran matematika namun justru mendapat nilai kurang di mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di jenjang pendidikan dasar atau sebaliknya.

 

Banyak orangtua khawatir bahwa ketika anak-anaknya tidak bisa mendapat nilai yang bagus di setiap mata pelajaran akan membuat anak tersebut tidak bisa bersaing ketika akan bersekolah di tingkat yang lebih tinggi atau ketika nantinya sang anak akan melamar pekerjaan. Kekhawatiran tersebut adalah wajar namun orangtua juga harus menyadari bahwa banyak hal yang bisa membuat seorang anak sukses, tidak hanya mengenai pintar tidaknya seorang anak akan semua mata pelajaran yang dipelajari di sekolah dari tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah atas, namun juga bimbingan dan tuntanan dari orangtua bagi anak-anaknya dan juga pergaulan yang baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sosial lainnya.

 

Kemampuan anak untuk bisa beradaptasi justru akan menjadi nilai tambah bagi anak untuk bisa sukses di kemudian hari. Tanpa adanya kemampuan beradaptasi bagi anak, tentu akan menjadi seorang anak hanya menjadi anak mami, yang hanya berani bermain dan bersosialisasi di lingkungan rumah atau keluarga namun takut bersosialisasi di area publik. Apalagi saat ini hampir setiap orangtua dengan mudahnya memberikan gadget kepada anak-anaknya tanpa menyadari efek samping dari gadget tersebut, yaitu sinar dari layar gadget dapat merusak mata jika dilihat secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, belum lagi banyak situ-situs yang berbahaya bagi anak dan efek samping lainnya.

 

Berkurangnya ruang publik seperti lapangan maupun taman khususnya di kota-kota besar jelas berpengaruh besar berkurangnya sosialisasi anak di ruang publik. Saat ini sangat jarang ditemui di kota-kota besar sekumpulan anak bermain sepak bola di tanah lapang atau bermain gobak sodor atau dengan istilah lainnya di tempat lain serta permainan lainnya yang sifatnya dilakukan massal.

 

Namun yang lebih penting adalah peran orangtua dalam menjaga dan merawat anak-anaknya serta memberikan pendidikan yang cukup tanpa mengurangi esensi dari pentingnya memberikan pemahaman tentang pentingnya bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini sangat penting dilakukan karena anak adalah masa depan kita, masa depan bangsa dan negara kita.

 

Bisa kita bayangkan ketika kita mendidik anak tanpa pernah kita membiarkan anak-anak bersosialisasi dengan teman-teman sepermainannya, tentu akan menjadikan anak tersebut menjadi pribadi yang tidak memiliki keberanian untuk berkumpul dengan orang lain. Masa anak-anak adalah masa untuk bermain tetapi bermain yaang melibatkan orang lain bukan bermain untuk dirinya sendiri tanpa peduli keberadaan orang lain.

 

Semoga dengan peringatan Hari Anak Nasional di tahun 2023 ini semakin menyadarkan kita sebagai orangtua tentang pentingnya pendidikan anak tanpa melupakan hak anak untuk bermain dan bersosialisasi. Keberhasilan anak tidak akan terlepas dari peran orangtua, oleh karena itu sudah saatnya kita menjadi orangtua yang selalu memperhatikan setiap kebutuhan anak dalam rangka proses tumbuh kembangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIMANA TANAH DIPIJAK, DISANA NASI DIMAKAN

                Sebuah prinsip yang selalu saya pegang saat saya masih sering merantau dan sebagai informasi saja, saya sudah berantau d...