Senin, 10 Oktober 2016

BERFILSAFATLAH DEMI MEMPERPANJANG UMURMU




qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm


BERFILSAFATLAH DEMI MEMPERPANJANG UMURMU

DISUSUN OLEH : H. SANTHOS WACHJOE P, SH.MH

HAKIM YUSTISIAL PADA MAHKAMAH AGUNG RI






BERFILSAFATLAH DEMI MEMPERPANJANG UMURMU
OLEH : H. SANTHOS WACHJOE P, SH.MH[1]

A.  PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak aan terlepas dari pertanyaan-pertanyaan, bahkan sejak seorang manusia mulai bisa berbicara dengan manusia lain. Hal ini tidaklah mengherankan, mengingat, semua kebutuhan manusia dihasilkan dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, menyebabkan manusia akan selalu belajar, sebagaimana telah diperintahkan dalam ayat pertama Surat Al-'Alaq :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
yang artinya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan," – (QS.96:1).
Perintah untuk belajar kepada setiap manusia, bukan tanpa alasan, mengingat manusia dituntut untuk dapat bertahan hidup dan untuk bertahan hidup manusia harus memikirkannya, bagaimana cara mendapatkan makanan, cara mendapatkan tempat tinggal, cara meneruskan keturunan dan lain sebagainya. Cara berpikir demikian yang akan menciptakan sebuah kebudayaan pada suatu masyarakat. Kebudayaan sebuah masyarakat bisa sama atau bahkan berbeda sama sekali dengan kebudayaan masyarakat yang lain. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbedanya tempat tinggal, ada yang tinggal di pegunungan, ada yang tinggal di dataran rendah atau ada yang tinggal di pinggir laut. Dapat pula dipengaruhi cuaca, misalkan masyarakat yang tinggal di daerah bersuhu dingin tentu sangat berbeda dengan cara hidup masyarakat yang tinggal di daerah bersuhu panas. Oleh karenanya, keadaan dan keberadaan suatu masyarakat akan sangat menentukan cara berpikir masyarakat tersebut.

B. Pengertian Filsafat
Dalam pengertian sederhana, filsafat adalah semua hal yang berhubungan dengan pertanyaan dan rasa ingin tahu.[2] Namun dari segi bahasa, Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia, dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"), sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.[3]
Dari arti pencinta kebijaksanaan, menunjukkan bahwa seorang yang senang berfilsafat adalah seseorang yang senang dengan kebijaksanaan, sehingga orang tersebut akan mengedepankan pola berpikir terlebih dahulu dibandingkan dengan mengedepankan tindakan. Sehingga dengan demikian orang yang senang berfilsafat akan bertindak secara hati-hati terlebih ketika ia dihadapkan pada suatu permasalahan.
Hal ini disebabkan karena dilsafat hadir karena rasa keingintahuan, rasa ingin mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan dan rasa ketidakpuasan atas suatu peristiwa. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Neil Tumbull yang menyebutkan rasa ingin tahulah yang mengendalikan sebagaian besar pikiran kita sehari-hari.[4]
Filsafat timbul karena ketidaktahuan akan sesuatu, sehingga manusia akan selalu mencari dan terus mencari untuk mendapatkan jawaban yang diingankannya. Rasa ingin tahu itulah yang menjadi motivasi bagi setiap orang yang ingin terus berkembang.

C. Timbulnya Filsafat
Pada kehidupan masyarakat di masa lampau, manusia hanya berpikir bagaimana cara bertahan hidup, sehingga kemudian manusia berusaha untuk hidup yang aman dan terhindar dari hewan buas, maka manusia purba tingga di dalam gua-gua atau di atas pohon. Hal tersebut dilakukan demi mendapatkan kehidupan yang aman dan nyaman. Semakin berkembangnya pemikiran manusia, maka manusia berpikir untuk membuat rumah tempat tinggal, demikian terus berlanjut pada pemikiran-pemikiran berikutnya.
Adanya suatu pemikian timbul karena berawal dari kebingungan untuk menjawab suatu permasalahan. Berfikir filsafat timbul karena adanya sesuatu hal yang dipikirkan atau pertanyakan terhadap sesuatu hal atau objek, bahkan bisa saja karena adanya keheran terhadap objek di sekeliling kita.[5] Bingung akan sesuatu menyebabkan manusia akan selalu mencari jawaban untuk mengatasi kebingungan tersebut. Sebab apabila rasa bingung tersebut dibiarkan, maka akan menyebabkan kebingungan yang lebih besar lagi dan bisa merugikan manusia.
Atas dasar rasa bingung tersebut, manusia akan berusaha mengatasi keadaan yang sukar yang dihadapinya, mengingat manusia diberikan bekal oleh Allah SWT berupa akal pikiran yang harus digunakan sebagai sarana menyiasati problema hidup dan kehidupan. Manusia diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untuk memikirkan, menciptakan dan menggunakan sesuatu berdasarkan akal pikirannya sehingga sesuatu tersebut bisa bermanfaat bagi kehidupannya.
Keberadaan manusia di dunia juga tidak terlepas dari kebingungan, apabila kita menengok ke belakang, dalam ajaran beberapa agama besar di dunia, bagaimana Adam dan Hawa diturunkan di dunia dalam keadaan terpisah jarak yang jauh, dalam keadaan tanpa pakaian sebagaimana yang dikenakan selama berada di surga, hal-hal tersebut menimbulkan kebingungan dan menyebabkan timbulnya pemikiran bagaimana Adam bisa berkumpul lagi dengan Hawa dan bagaimana harus berpakaian sehingga bisa terhindar dari udara dingin ataupun gigitan binatang. Meskipun kuasa Illahiah tetap berperan dalam perjalanan Adam dan Hawa akan tetapi Adam dan Hawapun dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya juga mulai menggunakan akal pikirannya untuk dapat bertahan hidup.
Dalam perkembangannya, pemikiran manusia tidak hanya berkaitan dengan sandang, pangan dan papan (pakaian, makanan dan tempat tinggal), tetapi juga pemikiran untuk bisa menaklukan dunia. Bagi seorang filsuf (seseorang yang memiliki pemikiran filsafat), ada enam persoalan yang selalu menjadi bahan perhatian para filsuf dan  memerlukan jawaban secara radikal, dimana tiap-tiapnya menjadi salah satu cabang dari filsafat yaitu : [6]
a.      Tentang ”Ada” :
Persoalan tentang ”äda” ( being ) menghasilkan cabang filsafat metafisika; dimana sebagai salah satu cabang filsafat metafisika sendiri mencakup persoalan ontologis, kosmologi ( perkembangan alam semesta ) dan antropologis ( perkembangan sosial budaya manusia ). Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri.
b.      Tentang ”Pengetahuan” ( knowledge )
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat epistemologi ( filsafat pengetahuan ). Istilah epistemologi sendiri berasal dari kata episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Jadi, epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.
c.      Tentang ”Metode”( method )
Persoalan tentang metode ( method ) menghasilkan cabang filsafat metologi atau kajian / telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan azas-azas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah; atau sebagai penyusun ilmu-ilmu vak.
d.      Tentang ”Penyimpulan”
Logika ( logis ) yaitu ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir tepat dan benar. Dimana berpikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Logika sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu logika ilmiah dan logika kodratiah. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.
e.      Tentang ”Moralitas” ( morality )
Moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Etika sebagai salah satu cabang filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal.
f.       Tentang ”Keindahan”
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang lahir dari persoalan tentang keindahan. Merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidakindahan. Lebih jauhnya lagi, mengenai sesuatu yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa serta norma-norma nilai dalam seni.
Dari keenam hal yang menjadi perhatian dari seorang filsuf tersebut, membuktikan bahwa pemikiran manusia sebenarnya bersifat dinamis dan tidak statis. Terdapat keinginan dari setiap manusia untuk daoat meningkatkan kualitas hidupnya, sebab dengan meningkatnya kualitas hidup manusia, maka kesejahteraan manusia tersebut juga akan meningkat, menjadi lebih baik.
Filsafat, terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan, dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka, dan tidak menggantungkan diri kepada agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.[7]Dalam perkembangannya, usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya.[8]
Dalam sebuah diskusi bedah filsafat, disebutkan bahwa dalam menghadapi realitas, manusia akan banyak dihadapkan dengan kekecewaan. Harapan manusia mengenai dunia akan berguguran. Seharusnya kekecewaan ini menimbulkan ketegasan mengenai pentingnya negasi pada cara pandang kita terhadap dunia saat ini. Dalam konteks filsafat negasi, status quo menghendaki kita memikirkan dunia sebagai sesuatu yang telah ada dalam naturalitasnya. Di sisi lain, kita menghadapi juga situasi dimana orang-orang merasakan nihilisme, yakni kondisi ketika orang-orang dipaksa berpikir bahwa mereka tidak punya pilihan. Jika tidak melakukan yang dilakukan arus, maka dia akan mati. Hal ini menjadi kultur dalam masyarakat saat ini.[9]
Pemikiran filsafat akan terus berkembang seiring dengan keinginan manusia yang tidak akan pernah terpuaskan akan segala sesuatu yang telah ditemukan, dibuat atau digunakannya. Meski demikian, sebenarnya hanya ada 3 (tiga) persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :[10]
1)  Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika ;
2)  Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi ;
3)  Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.

D. Berfilsafat Demi Memperpanjang Umur
Penegasan bahwa salah satu upaya penting yang dilakukan oleh manusia untuk memperpanjang umur adalah dengan berfilsafat atau yang sekarang lebih sering disebut dengan berpikir. Hasil pemikirian manusia yang akan sangat berguna bagi bertahannya umat manusia tetapi hasil pemikiran manusia juga dapat mempercepat punahnya peradaban manusia di atas bumi.
Ketika seeorang berfilsafat demi memperpanjang umurnya, maka orang tersebut akan berusaha memikirkan cara-cara yang dapat digunakan supaya manusia dapat memperpanjang umurnya. Penemuan-penemuan tekhnologi baru terbarukan baik yang ditemukan atau yang akan ditemukan, tentu akan berguna bagi peradaban manusia.
Disamping hal-hal yang dipikirkan oleh filsuf ketika berfilsafat, maka sebenarnya setiap manusia dapat berfilsafat bagi dirinya sendiri, dengan melakukan beberapa cara :
1)    Selalu bersyukur atas segala sesuatu yang dimilikinya ;
2)    Selalu berbagi kepada sesama sebagai tanda syukur atas semua yang dimilikinya ;
3)    Selalu berpikiran positif ;
4)    Saling mengingatkan di dalam kebaikan ;
5)    Saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan ;
Berfilsafat tidak hanya terbatas memikirkan sesuatu yang bersifat abstrak akan tetapi juga berpikir untuk melakukan sesuatu yang bersifat nyata yang dapat dilakukan karena esensi sebenarnya dari filsafat adalah senang akan kebijaksanaan. Sehingga seseorang yang selalu berpikir positif tentu saja menunjukkan bahwa orang tersebut senang akan kebijaksanaan, sebab pikiran positif menimbulkan kebijaksanaan yang apabila digunakan akan memberikan kebaikan.
Hal tersebut dikarenakan filsafat tidak pernah akan menerima secara buta berbagai pemikiran, keyakinan, egoisme keilmuan, atau pandangan-pandangan kepribadian yang bersifat individual semata, justru, filsafat berusaha menguji, mengkritisi, dan berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara baru dan menjawabnya secara baru pula, berdasarkan aktualitas dan tuntutan dinamika perkembangan yang dihadapi dan filsafat, karena itu, tidak akan pernah menjadikan dirinya sebagai kebenaran ideologis yang serba-sempurna dan serba-oke, yang membelenggui manusia, dan filsafat tetap adalah sebuah program pencerahan dalam rangka otonomi, emansipasi, dan perkembangan manusia.[11]
Keengganan seseorang untuk berfilsafat, menyebabkan tumpulnya cara berpikir seseorang, mengingat dengan befilsafat akan melatih pola pikir dan kepekaan seseorang terhadap kebutuhan hidupnya dan juga terhadap keadaan masyarakat di sekitarnya. Dengan berfilsafat, seseorang akan berfikir, apa yang akan dilakukannya pada hari esok, apa yang akan dimakan untuk diri dan keluarganya, apakah ada tetangganya yang masih membutuhkan bantuan dan berbagai macam pertanyaan lainnya. Dengan berinteraksi dengan orang lain baik keluarga maupun masyarakat sekitar, akan menumbuhkan empati pada diri seseorang dan mengurangi rasa sombong atas apa yang dimilikinya.  Rasa empati tersebut yang akan menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan solidaritas yang dapat berguna dalam memenuhi kebutuhan hidup masing-masing individunya.
Ketika rasa empati tersebut hilang, maka akan timbul kehampaan dalam kehidupan seseorang karena dirinya merasa sebagai orang yang paling dibutuhkan oleh orang lain dan tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Apabila rasa sombong tersebut dibiarkan maka akan menyebabkan kehancuran bagi orang tersebut, karena orang yang sombong akan meremehkan orang lain.
Esensi dari kesombongan adalah munculnya rasa berbangga diri yang berlebihan yang menyebabkan  seseorang merasa dirinya jauh lebih baik dari orang lain dan dirinya selalu benar atas pendapat terhadap segala sesuatu. Kesombongan juga menyebabkan seseorang merendahkan orang lain dan menganggap orang lain tidak mengerti apapun terhadap sesuatu hal yang sebenarnya sudah dikehaui secara umum.
Keberadaan orang-orang yang merasa derajat dirinya lebih tinggi dari orang lain dapat mengakibatkan kebuntuan cara berpikir orang tersebut dan berhentinya perubahan, hal ini mengingat bahwa orang tersebut merasa tidak membutuhkan sesuatu yang baru dan menganggap segala yang dimilikinya sudah cukup. Hal ini berakibat mandegnya adanya inovasi-inovasi baru yang terbarukan bahkan yang lebih buruk adalah orang yang memiliki sifat sombong akan merasa dirinya menjadi tuhan atau pencipta dari segala sesuatu dan semua orang harus mengabdi kepadanya.
Oleh karenanya, manusia dituntut untuk selalu berfilsafat untuk memikirkan keberadaan dirinya yang tidak akan terlepas dari keberadaan orang lain sekaligus tidak pernah terlepas dari keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan segala yang ada di dunia ini. Berfilsafat membuat seseorang akan menyadari bahwa dirinya bagaikan butiran debu dalam alam kosmos yang sedemikian luas yang masih banyak belum terjangkau oleh daya pikir manusia.
Berfilsafat juga menghasilkan orang-orang yang selalu berserah diri kepada penciptanya karena orang yang bersilsafat akan selalu memikirkan adanya dirinya yang merupakan sesuatu yang muncul tidak dengan sendrinya akan tetapi menyadari bahwa ada yang menciptakannya. Kesadaran tersebut akan menciptakan suatu keseimbangan kosmik dalam alam semesta dan menghindarkan seseorang untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sehingga dengan demikian, alam akan selalu terjaga dari kehancuran.
Selain itu berfilsafat akan memanjangkan umur, mengingat dengan berfilsafat akan menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang akan selalu diingat oleh orang lain dari masa ke masa. Pemikiran-pemikiran yang baru dan terbarukan yang bermanfaat adalah pemikiran-pemikiran yang mempunyai kegunaan bagi kehidupan manusia sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan manusia, sehingga para pemikir tersebut akan selalu dikenang dan dibicarakan sepanjang masa. Hasil pemikiran tersebut yang dapat dikatakan sebagai berfilsafat akan memperpanjang umur, karena hasil pemikirandan pemikirnya akan selalu diingat sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Secara jasmaniah, umur ditentukan oleh kodrat Illahi, yang tidak mungkin diketahui oleh makhluk ciptaan-Nya, akan tetapi secara pemikiran, tergantung pada masing-masing individu karena pada dasarnya setiap manusia diciptakan dengan dibekali oleh akal pikiran yang harus selalu digunakan demi kelanjutan kehidupan manusia. Pemikiran-pemikiran yang bersifat membangun dan bermanfaat akan selalu diingat dan dikenang oleh setiap orang.
Secara filosofis, berfikir filsafat akan memperpanjang umur bukan berarti bahwa umur manusia akan menjadi panjang secara jasmaniah akan tetapi pemikiran-pemikiran yang dihasilkannya yang akan memperpanjang umur seseorang. Hal ini karena pemikiran-pemikiran yang bersifat membangun akan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pemikiran-pemikiran tersebut, orang-orang akan selalu mengingat pemikirnya, sehingga dengan demikian secara pemikiran, sehingga secara otomatis akan memperpanjang umur pemikirnya. Jejak pemikiran tersebut, salah satunya dapat berbentuk penulisan-penulisan dalam berbagai bentuknya. Hasil karya pemikiran seseorang dalam bentuk tulisan tentu akan dakan dapat dikenang sepanjang masa karena sifat pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan tidak akan pernah lekang oleh waktu. Suatu pemikiran yang telah ada dalam bentuk tulisan dapat menjadi dasar pemikiran yang baru, demikian seterusnya sehingga manusia dituntut untuk selalu berfikir, yang tidak lain adalah bentuk dari berfilsafat.

E.  Kesimpulan
Dari pemaparan tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1)    Manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa telah dibekali dengan akal pikiran yang harus digunakan dalam menjalani kehidupannya ;
2)    Manusia tidak akan pernah tahu berapa panjang umurnya, akan tetapi dengan berfilsafat dengan menggunakan akan pikirannya akan memperpanjang umurnya karena hasil pemikirannya akan selalu dibicarakan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari ;
3)    Sebaiknya setiap orang dapat meninggalkan jejak kehidupannya dengan pemikirannya yang dapat dikenang sepanjang masa ;
4)    Hasil pemikiran manusia dalam bentuk tulisan bersifat lebih abadi dibandingkan yang tidak dituangkan dalam bentuk tulisan ;

F.  Sumber Bacaan
1.      Neil Tumbull, Bengkel Ilmu Filsafat, Penerbit Erlangga, 2015, h. 6 ;
2.      https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;
4.      http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/06/permasalahan-filsafat.html, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;
5.      https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;
9.      http://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=9, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;



[1] Hakim Yustisial pada Mahkamah Agung RI, Mahasiswa Program Doktoral pada Program Doktoral Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Semarang ;
[2] Neil Tumbull, Bengkel Ilmu Filsafat, Penerbit Erlangga, 2015, h. 6 ;
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;

[4] Neil Tumbull, ibid ;
[7] https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;

[11] http://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=9, diunduh tanggal 16 Agustus 2016 ;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kecelakaan Lalu Lintas

    Ritual Mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri telah tuntas dilakukan dengan berbagai variasinya. Masyarakat yang mudik dengan mengguna...